Thursday, January 1, 2015

Holiday

0 komentar






Wednesday, June 9, 2010

Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Anak Desa

1 komentar
Dengan diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran (KTSP) saat ini, guru dituntut mampu mengembangkan kurikulum dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa. Metode pembelajaran bahasa Inggris sangat banyak ditawarkan. Lembaga kursus, misalnya, menawarkan metode pengelompokan berdasar kemampuan peserta didiknya dengan level yang berbeda. Misalnya, level pemula (basic), kemudian level bisa (intermediate). Tujuannya memudahkan penyampaian materi pelajaran.

Guru yang mengelola siswa berlatar belakang menengah ke atas (di daerah perkotaan) dengan sarana pendidikan memadai, apalagi siswa itu juga mengikuti kursus (bahasa Inggris), akan mudah menerapkan metode pembelajaran yang lebih. Lalu, bagaimana metodenya jika kita mengajar di sekolah dengan siswa berkemampuan rendah di desa dan berasal dari kalangan menengah ke bawah?

Sebagai guru yang mengajar di Sugihwaras, jauh dari pusat Kota Bojonegoro, berikut penulis mencoba tukar pengalaman tentang metode pembelajaran yang penulis sebut sebagai The Mixed 4 Language Skill Method. Yakni, menggabungkan empat kemampuan bahasa, speaking (berbicara), listening (mendengarkan), reading (membaca), dan writing (menulis). Hanya, dalam menerapkan metode ini, guru terlebih dulu harus membuat rencana dengan matang.


1. Pengajaran pengenalan kosa kata baru (vocabularies)

Untuk dapat memahami pembelajaran bahasa Inggris serta dapat menggunakan empat kemampuan bahasa, seorang guru terlebih dulu mengenalkan kosa kata yang disesuaikan dengan tema (description text/physical description) pada silabus. Pada metode ini, ada beberapa langkah:

Step 1: Guru memberikan background knowledge of teaching (BKOT). Yakni, menerangkan dan memberikan contoh-contoh (modeling) dengan cara : a) meminta murid memakai pakaian bebas/menyiapkan gambar-gambar artis terkenal dari majalah/kota. b) Memberikan modeling/contoh :* Rina stand up please! She is thin and short and wears T-Shirt with collar and mini skirt. *Adi stand up please! He wears short and T-Shirt. *Dian Sastro wears blues with long sleeves and jeans trouser (sambil menunjukkan gambar serta menuliskan kalimat di papan tulis).

Step 2: Guru menganalisis feed back (umpan balik) dari siswa: a) Memberi kesempatan siswa melatih kemampuan beberapa menit. b) Menunjuk siswa untuk menganalisis pakaian dari teman-teman mereka atau gambar yang diberikan. Jika siswa lebih dari 20, guru memberikan analisis kemampuan spelling kata-kata yang diterima.

Step 3. Guru memberikan modeling untuk memasukkan text description Contoh: Rina is short and thin girl, her full name is Rina Kusuma…

Now she wears… dan seterusnya.
Pada pembelajaran ini, juga bisa digunakan guessing picture (menebak gambar). Caranya?

Step 1: Guru menggambar dari objek kata yang akan ditanyakan. Bisa kata benda, kata kerja, dan lain-lain.

Step 2. Guru meminta salah satu siswa ke depan, meminta mengambil lotre berisi kosa kata baru dan menggambarkan untuk dijawab temannya, dan seterusnya.


2. Pembelajaran structure (tata bahasa)

Dalam pembelajaran structure, biasanya hanya dikenalkan bentuk-bentuk rumusnya serta latihan soal. Pada pembelajaran ini, siswa dipadu untuk melakukan speaking. Contoh: Pembelajaran present tense (tema kegiatan sehari-hari kelas VII). Tahapnya berikut ini:

Step 1: Guru memberi model gesture (gerakan badan) kegiatan sehari-hari sambil menulis kalimatnya di papan tulis.

Step 2: Mempersilakan siswa memeragakan dengan gesture serta mengungkapkan kata kerjanya.

Step 3: Guru menerangkan membaca jam (telling time) berapa menit dan memberikan latihan beberapa menit.

Step 4: Guru menerangkan bentuk structure simple present tense.

Step 5: Guru menganalisis feedback siswa dengan memberi pertanyaan ke siswa.

Contohnya, guru: Anis, What do you do at 7.00 PM (sambil menerangkan kegunaan simple present tense beserta menuliskan pertanyaan yang diajukan). Anis menjawab: I read Alquran (sambil menanyakan kegunaan simple present pada bentuk positif… dan seterusnya.

Step 6: Guru membimbing dan mengawasi siswa melatih bertanya kepada salah seorang temannya. Memberikan tabel jawaban dari teman-teman mereka. Contoh tabel hasil percakapan.

Step 7: Guru membimbing siswa membuat laporan dari dialog yang diperoleh, lantas jadilah text recount. Contoh teks: Diah’s family activities.
Diah is a diligent girl, She always gets up at 04.30, her mother cooks in… dst.


3. Mengajarkan dengan memasukkan structure, language expressing. Juga bisa digunakan pembelajaran speaking, reading, writing.

a. Text Narrative

Cara:
1. Sebelumnya, guru menjelaskan kegunaan structure (penggunaan look, look like, simple future (pada pelajaran kelas VIII), language expressing (admiration, congratulation).

2. Guru membimbing siswa dengan memilih dongeng yang populer di kalangan siswa.

3. Guru membimbing siswa menyusun skrip dialog berdasar structure dan language expressing.

4. Guru memberikan kesempatan berlatih peran (drama dari dongeng yang dipilih) sehingga bisa dijadikan pembelajaran speaking.

5. Setelah penilaian speaking, guru membimbing pembelajaran reading dengan cara memberikan pertanyaan berdasar cerita dari masing-masing kelompok yang terlebih dahulu mengenalkan bentuk text narrative.

6. Untuk penilaian writing, guru dapat meminta siswa membuat surat tidak formal dan kartu ucapan kepada temannya yang kalimat-kalimatnya berisi structure/language expressing. Kartu itu kemudian dikirimkan langsung melalui kantor pos terdekat. Khusus kartu ucapan diberikan saat momen yang tepat.


b. Text Procedural

Cara: 1. Guru meminta siswa membawa cooking toys (alat masak mainan).
2. Guru mengenalkan generic structure dari text procedural.
3. Guru mengenalkan kosa kata dengan gesture. Contoh: stir (mengaduk), fray (menggoreng), dan seterusnya dengan mainan yang dibawa.
4. Menilai siswa dengan memberi kesempatan siswa mereka memeragakan hasil text dengan alat mainan.

Demikian beberapa contoh langkah-langkah mengajarkan Mixed 4 Language Skill. Kesimpulannya, siswa akan mudah menerima bila bisa mendengarkan, melihat, dan merasakan apa yang mereka peroleh dari pengajar mereka. (*)

Belajar anak agar lebih menyenangkan

0 komentar
Orang tua mana yang takkan senang mempunyai anak yang senang atau suka belajar? Tapi masalahnya, apakah anak happy ketika sedang belajar? Jika anak kita punya kesulitan dalam belajar atau malas belajar dan sejenisnya,.berikut tips yang bisa membuat belajar anak lebih menyenangkan:
1. Suasana yang menyenangkan.
Ini syarat mutlak yang diperlukan supaya kamu senang belajar. Menurut hasil penelitian tentang cara kerja otak, bagian pengendali memori di dalam otak akan sangat mudah menerima dan merekam informasi yang masuk jika berada dalam suasana yang menyenangkan.

2. Membuat diri senang belajar.
Ini jauh lebih penting daripada menuntut diri sendiri mau belajar supaya menjadi juara atau mencapai prestasi tertentu. Anak yang punya prestasi tapi diperoleh dengan terpaksa tidak akan bertahan lama. Jika anak bisa merasakan bahwa belajar adalah sesuatu yang menyenangkan, maka dia akan mempunyai rasa ingin tahu yang besar, dan sangat mempengaruhi kesuksesan belajarnya di masa yang akan datang.

3. Kenali tipe dominan anak.
Apakah cara belajar si anak termasuk tipe auditory (anak mudah menerima pelajaran dengan cara mendengarkan), visual (melihat) ataukah kinestetik (fisik). Jika secara terus menerus anak belajar dengan cara yang tidak sesuai dengan tipe cara belajarnya, nantinya anak tidak akan mampu secara maksimal menyerap isi pelajaran, sehingga tidak berkembang dengan maksimal.

4. Belajar dengan jeda.
Berikan waktu istirahat setiap 20 menit yang akan jauh lebih efektif daripada belajar langsung satu jam tanpa istirahat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak mampu melakukan konsentrasi penuh paling lama 20 menit. Lebih dari itu anak akan mulai menurun daya konsentrasinya. Jeda waktu istirahat 1-2 menit akan mengembalikan daya konsentrasi anak kembali seperti semula.

5. Jaga antusiasme.
Anak pada dasarnya mempunyai naluri ingin mempelajari segala hal yang ada di sekitarnya. Anak akan menjadi sangat antusias dan semangat untuk belajar jika isi/materi yang dipelajari sesuai dengan minat dan perkembangan. dia pasti akan menjadi mudah bosan jika yang dipelajari terlalu mudah baginya, dan sebaliknya akan menjadi stres dan patah semangat jika yang dipelajari terlalu sulit.

6.Mind Mapping atau Peta Pikiran
adalah metode mempelajari konsep yang ditemukan oleh Tony Buzan. Konsep ini didasarkan pada cara kerja otak kita menyimpan informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa otak kita tidak menyimpan informasi dalam kotak-kotak sel saraf yang terjejer rapi melainkan dikumpulkan pada sel-sel saraf yang berbercabang-cabang yang apabila dilihat sekilas akan tampak seperti cabang-cabang pohon.
Dari fakta tersebut maka disimpulkan apabila kita juga menyimpan informasi seperti cara kerja otak, maka akan semakin baik informasi tersimpan dalam otak dan hasil akhirnya tentu saja proses belajar kita akan semakin mudah.
Dari penjelasan diatas, bisa disimpulkan cara kerja Peta Pikiran adalah menuliskan tema utama sebagai titik sentral / tengah dan memikirkan cabang-cabang atau tema-tema turunan yang keluar dari titik tengah tersebut dan mencari hubungan antara tema turunan. Itu berarti setiap kali kita mempelajari sesuatu hal maka fokus kita diarahkan pada apakah tema utamanya, poin-poin penting dari tema yang utama yang sedang di pelajari, pengembangan dari setiap poin penting tersebut dan mencari hubungan antara setiap poin. Dengan cara ini maka kita bisa mendapatkan gambaran hal-hal apa saja yang telah di ketahui dan area mana saja yang masih belum dikuasai dengan baik.
Beberapa hal penting dalam membuat peta pikiran ada dibawah ini, yaitu:

1. Pastikan tema utama terletak ditengah-tengah
Contohnya, apabila kita sedang mempelajari pelajaran sejarah kemerdekaan Indonesia, maka tema utamanya adalah Sejarah Indonesia.

2. Dari tema utama, akan muncul tema-tema turunan yang masih berkaitan dengan tema utama
Dari tema utama “Sejarah Indonesia”, maka tema-tema turunan dapat terdiri dari : Periode,Wilayah, Bentuk Perjuangan ,dll.

3. Cari hubungan antara setiap tema dan tandai dengan garis, warna atau simbol
Dari setiap tema turunan tertama akan muncul lagi tema turunan kedua, ketiga dan seterusnya. Maka langkah berikutnya adalah mencari hubungan yang ada antara setiap tema turunan. Gunakan garis, warna, panah atau cabang dan bentuk-bentuk simbol lain untuk menggambarkan hubungan diantara tema-tema turunan tersebut..

Pola-pola hubungan ini akan membantu kita memahami topik yang sedang kita baca. Selain itu Peta Pikiran yang telah dimodifikasi dengan simbol dan lambang yang sesuai dengan selera kita, akan jauh lebih bermakna dan menarik dibandingkan Peta Pikiran yang “miskin warna”.

4. Gunakan huruf besar
Huruf besar akan mendorong kita untuk hanya menuliskan poin-poin penting saja di Peta Pikiran. Selain itu, membaca suatu kalimat dalam gambar akan jauh lebih mudah apabila dalam huruf besar dibandingkan huruf kecil. Penggunaan huruf kecil bisa diterapkan pada poin-poin yang sifatnya menjelaskan poin kunci.

5. Buat peta pikiran di kertas polos dan hilangkan proses edit
Ide dari Peta Pikiran adalah agar kita berpikir kreatif. Karenanya gunakan kertas polos dan jangan mudah tergoda untuk memodifikasi Peta Pikiran pada tahap-tahap awal. Karena apabila kita terlalu dini melakukan modifikasi pada Peta Pikiran, maka sering kali fokus kita akan berubah sehingga menghambat penyerapan pemahaman tema yang sedang kita pelajari.

6. Sisakan ruangan untuk penambahan tema
Peta Pikiran yang bermanfaat biasanya adalah yang telah dilakukan penambahan tema dan modifikasi berulang kali selama beberapa waktu. Setelah menggambar Peta Pikiran versi pertama, biasanya kita akan menambahkan informasi, menulis pertanyaan atau menandai poin-poin penting. Karenanya selalu sisakan ruang di kertas Peta Pikiran untuk penambahan tema.

Menjadi Guru yang Disenangi Murid

0 komentar
Menjadi guru merupakan panggilan yang sangat mulia. Apalagi di zaman sekarang, guru bukan lagi sebuah profesi yang sederhana. Bahkan menjadi guru merupakan sebuah profesi yang luar biasa, profesi yang tidak lagi dipandang sebelah mata. Terutama dengan peta globalisasi yang memengaruhi ranah pendidikan di Indonesia, menuntut mereka untuk tidak hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, namun juga dituntut untuk cerdas menyikapi pola tingkah laku murid dengan latar belakang kehidupannya.

Saya sangat setuju guru perlu menambah kompetensinya, memperdalam ilmu demi kemajuan anak didiknya. Tetapi selain itu guru secara psikologis harus mampu menempatkan diri di tengah anak didik dengan karakternya masing-masing. Sekedar menengok kembali beberapa kasus yang terjadi, guru bahkan sampai melecehkan muridnya, bahkan berlaku tidak senonoh. Sampai pada tahap pemukulan terhadap anak didik. Tercorengnya dunia pendidikan karena ulah oknum guru tersebut dapat membawa dampak psikologis terhadap anak didik terhadap sosok guru.

Kalau kita melihat sejarah perkembangan pendidikan guru di zaman Belanda, pastilah ada pembedaan pola asuh, yang akan sedikit memengaruhi pembentukan karakter seorang guru tersebut. Ada semacam pandangan, bahwa guru yang dididik di zaman Belanda pastilah galak dan kolot. Mungkin ada benarnya, namun juga ada, salahnya. Benarnya terletak dimana? Galak dan kolot perlu dilihat dari kondisi saat itu yang mana, karakter guru yang galak tidak selalu jelek.

Begitupun dengan istilah kolot, sikap ini bagi guru di zamannya sangat diperlukan untuk membentuk pola pikir yang terarah dan menanamkan suatu prinsip yang kuat buat anak didik. Anggapan salah, bahwa tidak semua guru didikan zaman kolonial pasti galak dan kolot, ada juga yang terbentuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Bagaimana di zaman sekarang? Ada situasi dan kondisi yang memang harus fleksible. Beda antara anak didik zaman dulu dan sekarang, anak didik zaman sekarang ada kecenderungan kalau dimarahi gurunya pasti menunjukkan sikap yang tidak senang (marah, ngambek). Mungkin yang paling ekstrem ditunjukkan dengan tidak mau sekolah lagi. Yang paling berbahaya adalah kalau tidak menyukai gurunya, bisa dipastikan pelajarannya ikut tidak disukai. Dampak ini yang akan menurunkan produktifitas anak didik untuk mengikuti proses belajar mengajar di dalam kelas. Situasi seperti ini haruslah dihindari dan tidak terjadi di dalam dunia pendidikan.

Pola pendekatan personal

Pendekatan personal ini, setidaknya memberi ruang terbuka terjadinya relasi yang kuat. Mengapa? Sebuah pengalaman memberi inspirasi bahwa, pola ini secara konkret dapat dilakukan oleh guru di luar kelas. Bahkan di luar jam sekolah, misalnya di saat ekskul dan mungkin mendampingi anak didik rekreasi kelas.

Pengalaman ini pernah saya lakukan sewaktu mengajar di Papua. Dan di waktu tertentu, kami pergi bersama ke pantai dan hutan. Bukan hanya sekedar rekreasi tanpa makna, namun melalui rekreasi ini bisa menjadi sarana untuk melakukan proses pengenalan terhadap anak didik. Entah itu latar belakang kehidupannya, karakternya, harapan-harapannya, pola pikirnya dsb. Selain itu guru dapat menempatkan diri sebagai teman.

Teman dalam hal ini dipahami dalam konteks PACING. Artinya bertemu dengan orang lain di dunia mereka, mengidentifikasikan dan menyelaraskan dengan orang lain. Manfaat dari pacing salah satunya adalah mampu memahami kemauan, keinginan dan tujuan anak didik. Dalam konteks umum teman dapat dipahami tidak berjarak atau sejajar. Sehingga membuat anak didik tidak segan dan canggung mengutarakan isi hatinya. Sebagai teman dalam konteks PACING guru setidaknya memunyai kemampuan mendengarkan dan berbicara. Terutama bagi anak didik yang sedang bermasalah. Dalam situasi dan kondisi apapun guru menjadi pondasi pembentukan pribadi anak didik. Oleh karenanya teladan guru dimata anak didik harus diwujudkan ditengah proses pendidikan yang sedang berlangsung. Baik itu di dalam kelas ataupun di luar kelas.

Dalam konteks disenangi, pemahaman ini memang luas penafsirannya. Bukan berarti, apabila guru ingin disenangi anak didiknya kemudian memberikan berbagai macam kemudahan. Tentunya yang bersifat tidak mendidik. Ada memang penafsiran anak didik yang menyenangi gurunya dikarenakan, guru tersebut tidak pernah marah. Suka bercanda, menghibur, menyenangkan, dsbnya. Itu hanya sebagian kecil saja dari proses pendidikan. Jangan salah sayapun pernah marah sewaktu di kelas. Saya marah karena ada satu anak yang ribut tidak mendengarkan atau bicara sendiri. Guru yang berharap disenangi murid tidak serta merta meninggalkan prinsip mendidiknya. Kalau memang harus marah, dalam hal ini dipahami sebagai sebuah ketegasan. Dan ada unsur mendidiknya. Tidak hanya marah karena luapan emosi yang tidak terkendali. Kemudian dimana letak unsur mendidiknya?

Biasanya selepas kelas selesai atau waktu istirahat, saya dekati anak itu. Sekedar mengajak ngobrol dan berbincang, saya mulai menyinggung kenapa tadi membuat ribut. Sudah menjadi kebiasaan, bahwa diluar kelas hubungan terbangun kembali sebagai teman. Wajah anak didikpun tidak menampakkan dendam atau kemarahan. Ini bisa terjadi dikarenakan sejak awal sudah terbina BUILDING RAPPORT (membangun keakraban). Pola ini dapat disebut sebagai bagian dari pendidikan yang membentuk karakter untuk saling menghargai dan menghormati walaupun mempunyai perbedaan pandangan. ”Disenangi” hanya Sebuah Sarana Disaat percakapan sedang berlangsung, disitulah fungsi PACING. Menyelaraskan, mendengarkan dan mencoba memahami penjelasan dari anak didik.

Dan kemudian guru bisa melakukan LEADING atau mengarahkan. Membawa anak didik untuk berpikir mengenai dampak suasana gaduh karena perbuatannya tadi. Sehingga anak didik juga merasa dihargai, diperhatikan dan diajak untuk mengolah setiap permasalahan yang terjadi. Dalam pendidikan kolese, LEADING dipahami mengarahkan anak didik supaya dapat memilih jalan hidup serta perbuatan sendiri, tanpa sebelumnya atau sesudahnya menutup rapat-rapat kemungkinan pemilihan lain (pidato rektor Kolese De Britto tahun 1976).

Misi dari sebuah pendidikan yang utama sebenarnya adalah membentuk manusia berkarakter yang sadar akan kebebasannya sebagai asasi yang paling tinggi. Kebebasannya ini yang nantinya menjadi sebuah pertanggungjawaban sebagai proses menemukan nilai-nilai dari sebuah misi yang harus diperjuangkan. Bukan kebebasan dalam arti yang tidak disadari. Dan bebas dalam arti ada perbuatan lain yang harus diperjuangkan.Tetapi kebebasan yang kemungkinan mengarah pada perbaikan (manusia), entah itu disebut modernisasi dan pembangunan.

Menjadi guru yang disenangi murid sebenarnya merupakan sebuah sarana untuk mencapai kebebasan yang dihayati. Baik itu oleh guru/pendidik terlebih dahulu, karena penyampaian nilai kemanusiaan bukan sekedar indoktrinasi melainkan sebuah proses terus menerus diantara pribadi satu dengan yang lain. Sehingga anak didik berani untuk hidup ditengah masyarakat serta memperjuangkan nilai sebuah kehidupan. Sebuah keberanian untuk menentukan sikap dan bebas untuk berbuat sesuatu bagi bangsa dan negara. Disitulah peran guru yang mengikhlaskan diri untuk membangun misi pendidikan menjadi misi pribadi guna membentuk anak didik masuk dalam pergumulan dunia. Tentunya bagi perkembangan sebuah bangsa yang bermartabat

JADILAH GURU YANG BAIK (Tujuh Hukum Mengajar)

0 komentar
John Milthon Gregory merupakan penulis buku yang terkenal tentang Tujuh Hukum Mengajar. Inilah beberapa petunjuk yang perlu dipersiapkan oleh seorang guru yang baik.
1. Persiapkan bahan pelajaran dengan mempelajarinya berulang-ulang. Jangan mengandalkan bahwa kita sudah pernah mempelajarinya karena apa yang kita ketahui dahulu pasti sebagian sudah terhapus dari ingatan kita.
2. Carilah urutan yang logis dari tiap bagian dalam pelajaran yang dipersiapkan tersebut. Setiap pelajaran selalu berangkat dari pengertian-pengertian dasar yang sederhana baru ke tingkat pengertian yang tinggi. Pelajari urut-urutan yang logis dari pelajaran yang dipersiapkan tersebut sampai terwujud suatu pengertian yang dapat saudara uraikan dengan kata-kata sendiri.
3. Carilah analogi atau ilustrasi untuk mempermudah penjelasan fakta-fakta dan prinsip-prinsip yang sulit dimengerti oleh siswa. Khususnya prinsip-prinsip abstrak.
4. Carilah hubungan antara apa yang diajarkan dan kehidupan sehari-hari siswa. Hubungan-hubungan inilah yang akan menentukan nilai praktis penerapan dari pelajaran itu.
5. Gunakan sebanyak mungkin sumber referensi berupa buku-buku atau bahan-bahan yang sesuai, tetapi pahami dahulu sebaik-baiknya sebelum menyampaikan kepada siswa.
6. Harap diingat bahwa lebih baik mengerti sedikit, tetapi benar-benar mantap daripada mengetahui banyak, tetapi kurang mendalam.
7. Sediakan waktu yang khusus untuk mempersiapkan tiap pelajaran sebelum berdiri di depan kelas. Dengan persiapan matang, kita akan semakin menguasai pengetahuan dan gambaran apa yang diajarkan akan semakin jelas.